DAFTAR
ISI
HALAMAN
JUDUL .................................................................... ... i
KATA
PENGANTAR.................................................................. ... ii
DAFTAR
ISI ................................................................................. ... iii
BAB I
PENDAHULAN
A.
Latar Belakang Masalah............................................................. 1
B.
Rumusan Masalah....................................................................... 2
C.
Tujuan Penulisan......................................................................... 2
D.
Manfaat Penulisan...................................................................... 2
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Landasan
Konseptual Bidang Studi Pendidikan Kesenian......... 3
B.
Seni
Tari-Drama sebagai Media Pendidikan di SD.................... 3
C.
Fungsi
Seni Tari-Drama di SD............................................... ... 5
D.
Memahami
Anak SD.............................................................. ... 10
E.
Memahami
Pengalaman Seni Tari-Drama Anak..................... ... 13
F.
Profil
Guru yang Dibutuhkan untuk Membimbing Seni Tari-
Drama di SD........................................................................... ... 16
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan.................................................................................. 19
B.
Saran........................................................................................... 20
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Eksistensi pendidikan tidak dapat terlepas dari adanya lembaga-lembaga
pendidikan di Indonesia salah satunya adalah Sekolah Dasar (SD). Pendidikan
seni tari dan drama adalah salah satu materi yang termuat dalam mata pelajaran
Seni Budaya dan Keterampilan. Sebagai seorang calon pendidik maka diperlukan
pengetahuan tentang seni dan drama untuk anak usia SD. Keterampilan seorang
guru dalam memahami karakteristik, fase,dan perkembangan tugas anak usia SD
sangat diperlukan dalam menyampaikan materi ini.
Menurut
PERMEN NO. 22,23, dan 24: 2006 yang menyatakan bahwa “Pendidikan
Seni Budaya dan Keterampilan diberikan disekolah karena keunikan, kebermaknaan,
dan kebermanfaatan terhadap kebutuhan perkembangan peserta didik, yang terletak
pada pemberian pengalaman estetik dalam bentuk kegiatan berekspresi/berkreasi
dan berapresiasi melalui pendekatan: “belajar dengan seni,” “belajar melalui
seni” dan “belajar tentang seni.” Peranan ini tidak bisa diberikan oleh mata
pelajaran lain.
Perlu
dipahami bahwa karakteristik siswa SD berbeda-beda sesuai dengan tingkat
perkembangannya. Perbedaan karakteristik siswa SD tersebut secara global
dibedakan antara siswa SD kelas satu dan dua, kelas tiga dan empat, serta kelas
lima dan enam. Kelompok tersebut mempunyai perbedaan yang tampak sekali, yang
dapat diamati pada kerakteristik gerak dan karakteristik tarinya.Berdasarkan
latar belakang diatas maka penulis dalam makalah ini akan membahas mengenai “Konsep
Pendidikan Seni Tari-Drama dan Pelaksanaan
di Sekolah
Dasar.
B.
RumusanMasalah
Adapun yang akan dibahas serta menjadi rumusan masalah dalam
makalah ini sebagai berikut:
1.
Apalandasankonseptualbidangstudipendidikankesenian?
2.
Bagaimanasenitari-drama sebagai media
pendidikan diSekolahDasar?
3.
Apafungsisenitari-drama di SekolahDasar?
4.
BagaimanamemahamianakSekolahDasar?
5.
Bagaimanamemahamipengalamansenitari-drama
anak?
6.
Bagaimanaprofil guru yang
dibutuhkanuntukmembimbingsenitari-drama di SekolahDasar?
C.
Tujuan
Penulisan
Tujuan penulisan yang ingin dicapai penulis
dalam makalah ini adalah:
1.
Untukmengetahuilandasankonseptualbidangstudipendidikankesenian.
2.
Untukmengetahuisenitari-drama sebagai
media pendidikandi SekolahDasar.
3.
Untukmengetahuifungsisenitari-drama di
sekolahdasar.
4.
UntukmengetahuimemahamianakSekolahDasar.
5.
Untukmengetahuimemahamipengalamansenitari-drama
anak.
6.
Untukmengetahuiprofil guru yang
dibutuhkanuntukmembimbingsenitari-drama di SekolahDasar.
D.
Manfaat
Penulisan
Manfaat penulisan dalam makalah ini adalah
sebagai berikut:
1. Bagi
Mahasiswa
Dapat menjadi referensi dalam perkuliahan Pendidikan Seni
Tari dan Drama di SD
2.
Bagi Guru
a. Sebagai
referensi guru tentang pembelajaran seni
tari-drama di SD
b. Dapat
dijadikan sebagai acuan untuk meningkatkan pembelajaran mengenai seni tari-drama anak SD
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Landasan
Konseptual Bidang Studi Pendidikan Kesenian
Dalam kurikulum PGSD 1995 seni merupakan media
ekspresi kreatif dan aspiratif yang dapat diwujudkan melalui garis, warna,
bidang dan tekstur untuk seni rupa,
gerak dan peran untuk
seni tari drama, serta
suara dan bunyi untuk seni musik, dalam tata susunan yang artistik dan
estetis.
Pendidikan kesenian berperan untuk
menumbuhkembangkan daya apresiasi seni, kreativitas, kognisi, serta kepekaan
indrawi dan emosi serta memelihara keseimbangan mental peserta didik. Dengan
demikian pendidikan kesenian merupakan
pendidikan ekspresi kreatif yang dapat mengembangkan kepekaan apresiasi
estetik, dan membentuk kepribadian manusia seutuhnya, seimbang baik secara
lahir maupun batin, jasmani maupun pribadi, berbudi luhur sesuai dengan
lingkungan dan konteks sossial budaya Indonesia. Oleh karena itu “pendidikan
melalui seni” cocok diterapkan di SD.
Dalam pelaksanaannya pendidikan kesenian dapat
disajikan secara terpadu di antara pokok bahasan yang tercakup di dalamnya
(inter bidang studi), maupun dengan bidang studi lainnya (antar bidang studi).
Demikian pula pendidikan seni tari-drama pelaksanaannya dapatdipadukan dengan
seni rupa dan seni musik (inter bidang studi) dan dengan IPA, Bahasa, Matematika,
Olah raga dan Kesehatan serta yang lain (antar bidang studi). Dalam
pelaksanaanya pembelajaran terpadu tersebut sangat terlihat bahwa konsep
pendidikan melalui seni sangat mudah untuk diterapkan. Bahkan melalui seni
seluruh potensi siswa SD akan dapat dikembangkan secara menyeluruh.
B.
Seni
Tari-Drama sebagai
Media Pendidikan Sekolah Dasar
Hakekat
paling dalam yang hendak dicapai melalui pendidikan adalah perkembangan
maksimal dari rohani dan jasmani anak. Untuk mencapainya salah satu alat/media
yang dapat dimanfaatkan adalah seni tari-drama. Seni tari-drama hadir dalam
kurikulum Sekolah Dasar sebagai bidang studi yang menyajikan kesempatan pada
siswa SD untuk memperoleh pengalaman-pengalaman seni. Pengalaman ini kemudian
didayagunakan untuk menunjang usaha pendidikan. Pengalaman ini dimaksudkan
sebagai suatu kegiatan yang ada dalam lingkup kesadaran artistic, yaitu
kesadaran seperti ketika seniman berkarya,kesadaran menghayati seperti halnya
apresiator seni meghayati seni yang dihadapi. Jadi apa yang dilaksanakan oleh
siswa Sekolah Dasar sama wataknya dengan kegiatan seni yang nyata-nyata sebagai
kegiatan yang dapat menjadi wadah peluang ekspresi dan kreativitas.
Kemudian timbul suatu pertanyaan
yang harus dijawab dengan benar oleh guru,yaitu seni tari-drama yang mana yang
dapat dibimbingkan kepada siswa – siswa ditingkat Sekolah Dasar? Seni tari-drama yang modern atau seni
tari-drama yang tradisional atau yang lain? Hal tersebut dapat dijawab setelah
anda mengenal bahwa ada dua kubu yang ekstrim dalam pembelajaran seni yaitu
pembelajaran seni tari untuk pendidikan calon seniman tari dan ada pembelajaran
seni tari yang bersifat menunjang usaha pendewasaan anak didik.
1.
Pendidikan untuk Calon Seniman
Pembelajaran seni tari yang berfungsi
mencetak seniman tari penuh dengan norma-norma yang harus diikuti secara ketat. Latihan demi latihan
dilakukan secara terus menerus sampai memperoleh tingkat keterampilan yang dapat dibanggakan. Gerakan
demi gerakan dapat dilakukan dengan tepat tanpa salah. Hal ini dapat kita lihat
pada masyarakat di pulau Bali antara tahun 70-80an. Disana dikenal pendidikan
tari yang disistemkan secara pewarisan. Istilah lainnyaa dalah “Parentl
Succession” (menyerahkan warisan
orang tua). Dalam system ini orang tua yang memiliki keterampilan menari mewariskan kecakapan
menarinya kepada anak-anaknya. Sehingga semua anak-anak di Bali waktu itu bisa
menari dengan baik. Seiring berkembangnya zaman, tradisi tersebut di Bali mulai
luntur, namun tetap masih ada keluarga yang melestarikan tradisi tersebut.
Ada sistem lain yang juga berkembang di
sana, yaitu systemnyantrik (appreatice).
Sistem ini menunjukkan pemindahan kecakapan keseniman dari seniman yang sudah
matang (master) kepada generasi calon seniman.Sistemnyantrik banyak kita
temukan di daerah-daerah di Indonesia lainnya disamping Bali, seperti Jawa,
Sumatera, Kalimantan dan daerah lainnya. Biasanya seniman ini memiliki tempat
untuk melatih siswa-siswinya.Di Jawa Tengah yang terkenal dengan system
pencantrikan adalah di Padepokan Bagong Kussudiardjo.
Selanjutnya
pendidikan seniman seni tari berkembang juga menjadi pendidikan formal yang
dikenal bersistem akademik. Bentuknya berupa
sekolah-sekolah tari atau akademi tari.
Lewat pendidikan sekolah ini dihasilkan seniman-seniman tari hasil swasta, seperti
ISI, SMKI, dan IKJ. Ketiga system diatas, semuanya dimaksudkan mencetak
murid-muridnya menjadi seni mantari yang dapat melakukan gerak-gerak tari
dengan mahir.
2.
Pembelajaran SeniTari-Drama untuk Pendewasaan Anak Didik
Pembelajaran tari-drama yang kedua yang
bersifat membantu pendewasaan anak. Pendayagunaan seni tari-drama memiliki
fungsi yang bersifat edukatif. Dengan demikian konsep seni tari-drama sebagai
sarana/media pendidikan adalah konsep pendidikan yang paling sesuai bagi
anak-anak SD. Secara umum konsep seni tari-drama
sebagai sarana pendidikan berfungsi untuk:
a.
Membantu perkembangan dan pertumbuhan
anak.
b. Membina
perkembangan estetika
c. Membantu
menyempurnakan kehidupan
Fungsi-fungsi tersebut diatas tidak
dimaksudkan membentuk anak menjadi penari atau seniman tari, namun semata-mata
untuk perkembangan mental, fisik dan perasaan estetika . Secara khusus fungsi
pendidikan seni tari drama di SD akan diuraikan berikut ini.
C.
Fungsi
Seni Tari-Drama Di SD
Pendidikan seni tari-drama di SD mempunyai fungsi
membantu pertumbuhan dan perkembangan anak, memberi perkembangan estetik, dan
membantu penyempurnaan kehidupan. Oleh karena itu pendidikan seni tari-drama di
SD tidak berupa latihan-latihan untuk menjadikan anak-anak SD, penari jaipong,
penari topeng, atau penari-penari lain yang terkenal. Walaupun ada di antara
anak-anak SD yang memiliki bakat untuk menjadi penari yang baik, tetapi itu
bukan merupakan tujuan yang utama. Bakat itu dapat dibina tersendiri.
1.
Fungsi SeniTari-Drama untuk Membantu Pertumbuhan
dan Perkembangan Anak
Pertumbuhan
adalah proses berkelanjutan yang meliputi perkembangan dari semua kecakapan dan
potensi anak. Pengalaman seni tari-drama memberikan kesempatan bagi
kelangsungan proses tersebut. Peranan seni tari-drama dalam membantu pertumbuhan
dan perkembangan anak dapat dilihat antara lain untuk meningkatkan pertumbuhan
fisik, mental dan estetik, memberi sumbangan ke arah sadar diri, membina
imajinasi kreatif dan memberi sumbangan ke arah pemecahan masalah.
a.
Seni Tari-Drama Meningkatkan Pertumbuhan Fisik, Mental, dan Estetik
Jenis pengalaman seni untuk meningkatkan
pertumbuhan fisik ditunjukkan dengan perkembangan motorik anak dalam dalam
gerak-gerak bebas dalam menari. Kegiatan ini memberikan kesempatan fisik untuk
tumbuh sempurna dan secara langsung mental juga berkembang. Karena
kegiatan-kegiatan dalam melakukan gerak-gerak tari juga melibatkan kesadaran
estetik, maka pertumbuhan estetik juga mendapat kesempatan untuk tumbuh.
Misalnya kelas rendah melihat gerak-gerak binatang contohnya kupu. Anak akan
mencoba menirukan gerak sayap kupu sedang bergerak terbang dengan caranya
sendiri. Ada yang dengan tangan terlentang digerakkan naik turun, ada yang
ditekuk dan kemudian digerakkan naik turun. Berlangsungnya kegiatan ini telah
melibatkan proses mental yaitu visualisasi hasil pengamatan yang sekaligus
menjadi pengalaman yang bersifat estetik.
b.
Seni Tari-Drama Memberikan Sumbangan ke
Arah Sadar Diri
Melalui kegiatan seni tari-drama
keunikan anak akan terbina. Karenanya anak dapat mengenali dirinya sendiri
dengan baik. Dengan demikian self
anak akan berkembang, dan ini menyebabkan tumbuhnya inisiatif, kemampuan
mengkritik, kepemimpinan dan kreasi. Anak merasakan keberadaannyamemiliki arti.
Terutama jika dia diberi peran tertentu dalam suatu kegiatan artistik/estetik,
misal dalam diskusi kecil antar teman tentang sebuah gerak binatang
berpasangan, mereka akan aktif dan saling memberikan sumbangan pikiran. Anak
juga merasakan akibat-akibat dari perbuatannya sehingga inisiatif untuk mencari
bentuk-bentuk yang lain yang dirasakan lebih baik, akan selalu dilakukan.
Proses ini menjadi dasar untuk kemampuan mengkritik dan memimpin. Jika awalnya
anak-anak kelas rendah
ke “aku”nya masih besar, maka pada kelas tinggi hal tersebut makin hari makin
akan menghilang, berubah menjadi rasa sosial.
c.
Seni Tari-Drama Membina Imajinasi
Kreatif
Imajinasi kreaatif itu sangat vital bagi
anak SD. Oleh karena itu setiap usaha pendidikan ke arah menumbuh-kembangkan
imajinasi kreatifmerupakan usaha yang sangat baik. Contohnya seorang anak SD
akan selalu berkhayal bahwa dia akan menjadi tokoh yang kuat, disegani sehingga
dalam imajinasinya dia dapat mengalahkan musuh-musuhnya dengan mudah.
Gerak-gerak dan mimik yang dilakukan sangat menggambarkan kuatnya suatu
imajinasi tertentu. Jika diberi kesempatan menirukan gerak binatang buas dia
akan benar-benar berkhayal seandainya aku menjadi harimau. Kegiatan-kegiatan
bermain dalam
aneka gerak akan membina imajinasi mereka, sehingga secara langsung akan
berkembang.
d.
Seni Tari-Drama Memberi Sumbangan ke
Arah Pemecahan Masalah
Pemecahan masalah merupakan hal yang
penting dalam pendidikan maupun
dalam kehidupan sehari-hari. Seni tari-drama memberi sumbangan terhadap
perkembangan pemecahan masalah. Dalam aktivitas seni tari-drama anak SD dapat
memunculkan gagasan-gagasannya yang menjadi benar-benar konkrit. Motivasi guru
memang sangat diperlukan agar anak selalu dapat menyelesaikan persoalan sendiri. Jika belum dapat, dianjurkan agar
diselesaikanantar teman sampai mempunyai keputusan-keputusan tertentu. Manusia
akan selalu menghadapi masalah, sehingga melalui kegiatan-kegiatan tari-drama,
siswa SD juga terlatih untuk memecahkan masalah.
e.
Seni Tari-Drama Memurnikan Cara Berfikir, Berbuat,
dan Menilai
Melalui kegiatan seni tari-drama, kehidupan
siswa SD dapat diperkaya melalui proses penjelajahan tersebut, dibutuhkan
penyusunan pengalaman secara kreatif dan sensitif. Jika siswa SD bermain,
aktivitas mereka juga melibatkan pikiran. Jika mereka menirukan gerak alam atau
binatang mereka juga berpikir bahwa gerak-gerak yang dilakukan seperti apa yang
mereka amati. Aktivitas ini akan memberikan pertanyaan “apakah gerakanku” baik. Keputusan yang diberikan
tersebut akan menjadi proses menilai yang bijaksana, sehingga dapat dipastikan
mereka akan melakukan pengubahan-pengubahan untuk sesuatu yang lebih baik.
f.
Seni Tari-Drama Memberikan Sumbangan
Kepada Perkembangan Kepribadian
Usaha-usaha mematangkan kepribadian
dalam senitari-drama dapat dilakukan guru dengan cara membantu penyesuaian rasa
emosional peserta didik, membantu menghilangkan perasaan terikat, membantu
menghilangkan perasaan takut, membantu menekan kekecewaan, memberikan
kepercayaan, serta mendorong anak agar selalu berbuat positif. Hal-hal tersebut
dapat dilakukan lewat semua kegiatan pembelajaran seni tari-drama. Sebagai
contoh ada siswa anak SD yang takut jika melakukan gerak. Halini perlu
disiasati guru, agar siswa tersebut tidak menjadi lebih takut, misalnya akibat
diminta memperagakan gerak tari di depan kelas. Tentu diperlukan siasat-siasat
tertentu untuk mengatasi hal itu. Misalnya memperagakan gerak dengan temannya
terlebih dahulu. Dalam perkembangannya dapat diungkap disini bahwa kegiatan
seni tari-drama yang dapat mengobati kekecewaan, menghilangan rasa takut
tersebut, akan dapat berfungsi sebagai sarana penyembuh atau terapi. Pada
perkemabangan berikutnya siswa kemudian dapat menyesuaikan diri, dengan
kepribadian yang makin matang.
2.
Seni Tari-Drama Membina Perkembangan Estetik
Perkembangan estetik
dapat dibina melalui kegiatan seni seni tari-drama yang berupa penghayatan,
apresiasi, ekspresi dan kreasi. Melalui seni tari-drama anak akan terlatih,
penghayatan menjadi kuat dan keputusan visual akan berkembang menjadi peka
kritis. Cara melatih pancaindra dan seluruh anggota tubuh harus melalui proses
kegiatan tanpa paksaan, dengan memperhitungkantiga faktor berikut ini:
a.
Harus mengembangkan konsep-konsep baru.
b.
Harus menciptakan situasi yang dapat
memberikan dorongan untuk memacu kegiatan dengan penuh ketelitian
c.
Harus menjadi kesempatan belajar menilai
terhadap apa yang dilakukan.
Seni tari-drama adalah
proses mewujudkan perasaan dengan melibatkan kesadaran estetik dan keputusan
kritis. Orang yang telah berkembang perasaan estetisnya akan sanggup
mengapresiasi kualitas seni dan pengalaman sehari-hari. Cara mengembangkan
apresiasi dalam bentuk melihat menurut pendidikan seni modern, dianggap belum
sempurna, sehingga harus dilengkapi dengan terlibatnya keputusan terhadap apa
yang dilihatnya. Untuk itu perlu diberikan kesempatan untuk membahas, mengkritik,
mendiskusilkan,dan menilai responsi seni dan lain-lain.
Ekspresi berkedudukan
vital dalam pendidikan seni tari-drama, karena ia memberikan kesempatan
berkembangnya partisipasi individu di dalam membentuk pendapat dan sikap
sosial. Seni tari-drama memberi dorongan terhadap kelangsungan ekspresi
anak-anak karena setiap kegiatan seni selalu menyajikan kesempatan bagi anak
didik untuk untuk mempertahankan kebebasan berekspresi.
Daya kreatif tetap
terpendam di dalam diri tiap anak kalau tidak ditolong pemunculannya. Daya
kreatif berbeda dengan bakat dalam seni. Seni disajikan bagi semua anak. Baik
yang mempunyai bakat maupun tidak. Tujuan pendidikan seni tari-drama di SD
bukan untuk mengembangkan bakat seni tari-drama melainkan untuk mengembangkan
seluruh potensi yang dimiliki anak.
3. Seni Tari-Drama Membantu Menyempurnakan Kehidupan
Unsur kehidupan yang mendorong ekspresi
akan mendatangkan pengetahuan bagi anak didik. Sebaiknya keinginan anak untuk
mengetahui kehidupan, akan menyempurnakan kehidupan anak. Oleh karena itulah
seni tari-drama dapat memberikan bantuan menyempurnakan kehidupan anak didik
yang antara lain ditunjukkan dengan kehidupan yang kreatif dan kehidupan
sosialyang baik.
Ekspresi seni tari-drama dapat
berlangsung dalam kegiatan individu maupun kegiatan kelompok. Dalam kegiatam
kelompok siswa SD belajar membagi pengalamannnya yaitu pengalaman dalam hal
bahan, alat-alat dan dalam hal
menghargai kemampuan orang lain. Ini berarti kebiasaan sosial
dikembangkan secara baik, seperti kerja sama, tanggung jawab, percaya diri
sendiri dan inisiatif. Untuk maksud
itu pendidikan seni tari-drama perlu direncanakan dalam kegiatan-kegiatan yang
meliputi kehidupan di rumah dan dimasyarakat.
Kegiatan seni yang mengembangkan potensi
indivual dan sosial akan menjadikan anak-anak lebih sadar terhadap efisiensi
secara ekonomis dalam masyarakat. Bagi anak-anak berbakat, kegiatan seni
memberikan kesempatan untuk berlatih dalam seni tari-drama. Di samping
kegiatan-kegiatan yang ditentukan oleh jadwal sekolah, anak-anak mendapatkan
kesempatan menggunakan waktu senggangnya untuk latihan-latihan seni tari-drama secara serius,
sehingga terbuka horizon baru bagi hobi, bagi pekerjaan sampingan dan pekerjaan
kejujuran untuk sumber nafkah di kemudian hari.
D.
Memahami
Anak Sekolah Dasar
Di
dalam mengembangkan pembelajaran seni yang memenuhi kebutuhan dan minat murid
perlu diketahui lebih banyak tentang aspek anak. Hal ini bisa didapat lewat
perhatian yang diberikan, antara lain : lewat pekerjaan yang dikerjakan, cara
menghayati, cara memperhatikan, cara meniru gerak, cara mengekspresikan mimik,
cara menirukan suara dan sebagainya.
Anak-anak
mempunyai fase-fase perkembangan tertentu,walaupun tidak semua anak sama.Ada
beberapa faktor yang
mempengaruhi perkembangan tersebut antara lain pengalaman sebelumnya, pembawaan
minat, kebutuhan estetis pribadi, watak emosional dan kapasitas rasa.
1. Memahami
Siswa SD Kelas 1
Siswa SD kelas 1 mempunyai masalah
pribadi yang berdasarkan kebutuhan keamanan, segalanya masih asing, sehingga
perlu mencari teman, akan tetapi ke “aku” anya masih tinggi. Guru harus bisa
menghadapi anak dengan masalah pribadinya, seperti masalah emosional, halangan bicara, halangan bergerak, halangan
berhubungan dengan teman, halangan fisis secara berusaha mencari sebab yang mendasarinya.
2. Memahami
Siswa SD Kelas 2
Siswa SD kelas 2 sifatnya aktif bersemangat serta
membutuhkan istirahat dan relaks, bertentangan perhatiannya pendek (bekerja
dengan tujuan untuk segera dilihat,masih serung tidak memperhatikan guru,
imajinasinya aktif, mengakibatkan fakta dan fantasi sering campur aduk, peka
dan mudah, gugup bila disuruhmencotoh atau diikat ketentuan misalnya
gerak-gerak tari klasik yang sudah baku dan masalah individunya sedang
berkembang).
Sebaiknya
guru memilih kegiatan seni tari-drama yang dapat diselesaikan menurut ukuran
pelatihan mereka.
3. Memahami
Siswa SD Kelas 3
Siswa SD kelas 3 seleranya mulai tumbuh,
otot berkembang demikian pula bentangan perhatiannya, mampu bersenang-senang dengan ide abstrak, mulai
membuat rencana di luar diri mereka, bersifat agresif, menikmati pembuatan
koleksi, cenderung mengembangkan persahabatan dengan kawan-kawan sejenisnya,
dan sangat berminat pada permainan atau kegiatan seni secara berkelompok.
Dalam hal ini guru harus berhati-hati
supaya murid-murid tidak mengalami suasana kebosanan yang dapat mengakibatkan
terhalangnya perkembangan kreatif. Sedangkan kegiatan seni bisa kelompok atau
individu.
4. Memahami
Siswa SD Kelas 4
Siswa SD kelas 4 sifatnya sering
mengembangkan cara-cara menyembunyikan kepekaan mereka, takut ditertawakanorang
lain, anak laki-lakisering bermusuhan dengan anak perempuan, mampu merencanakan
dan memikirkan segala sesuatu sebelumnya untuk dirinya sendiri.
Di sini guru bisa menuntun menggunakan
kepekaan konstruktif. Sebagai perangsang edukatif, guru bisa menggunakan minat
siswa SD tersebut di atas dalam penemuan, pendewaan para pahlawan, mengumpulkan
benda-benda serta melakukan hal-hal yang disenangi. Guru juga harus menyadari
kebutuhan waktu serta memikirkan untuk menyatukan pelajaran-pelajaran yang
mereka terima.
5. Memahami
Siswa SD Kelas 5
Siswa
SD kelas 5 pada umumnya ingin mengetahui diri sendiri dan dunia fisis, senang
menyusun koleksi, pengalaman baru dan merealisasikan sesuatu, sering bersifat
ideal, mudah putus asa dan terangsang marah atau mengasingkan diri,
ketidaksamaan dan perkembangan fisis
menyebabkan gangguan emosional.
Di
sini guru harus siap membantu, mendorong serta mengarahkan minat mereka dalam
pengalaman seni yang konstruktif.
6.
Memahami Siswa SD Kelas 6
Siswa SD kelas 6 merupakan campuran antara anak
praadolesen dan adolesen awal. Dalam hal ini guru perlu bekerja sama dengan
orang tua untuk membantu anak menghadapi fakta secara jujur menetapkan
nilai-nilai dan mengenal sosial. Perlu ditunjuk betapa pentingnya suatu
kerjasama. Guru menggunakan ekspresi kreatif untuk membantu sadar diri,
mengembangkan selera yang unik, kesadaran jabatan yang baik, kesehatan serta
proses-proses sosial lainnya.
E.
Memahami
Pengalaman Seni Tari-Drama Anak
Pada tahap-tahap tertentu anak akan terus maju ke
arah pertumbuhan fisis, mental, dan estetis. Pada umumnya bergantung pada umur
dan minat masing-masing anak pada pengalaman seni yang berbeda-beda. Akan
tetapi kenyataan yang ada tidaklah selalu demikian.
Dalam pendekatan terhadap seni tari-drama, ada
anggapan bahwa anak-anak terutama dilibatkan ke dalam dan memperoleh penguasaan
motoris terhadap bahan seni. Keterampilan yang dilakukan tanpa “rasa” tidak
mempunyai hubungan dengan pengalaman seni. Akan tetapi bergerak sambil bersuara
dengan menggunkan “rasa” meskipun tanpa keterampilan, sangat penting dalam
pengalaman seni. Jadi tidaklah benar, apabila pertumbuhan mental dan estetis ditinjau dari penguasaan
motoris si anak.
Guru sekolah dasar harus bisa mencari cara dan sikap
tertentu demi kemajuan siswa Sekolah
Dasar dalam periode yang berbeda satu
dengan yang lainnya itu. Terutama gurulah yang akan terlibat dengan pengalaman
seni tari-drama tiap individu dalam hubungannya dengan minat dan kebutuhan
siswa di tingkat Sekolah
Dasar. Beberapa pengalaman seni tari
drama anak yang memunculkan keunikan dapat diuraikan berikut ini.
1. Sikap Menjelajah pada Anak-anak
Sikap menjelajah adalah ingin tahu atau
ingin mencoba. Sebelum anak mengetahui atau mampu menggunakan suatu benda. Ia
akan mencoba memukul, mencoreng, mematahkan, atau merobek-robek sesuatu. Dari
kegiatan tersebut, ia akan menemukan
sesuatu/ kemungkinan bahan baru. Misalnya anak diberi plastik, karet, atau
bahan lain yang belum dikenalnya. Pertama kali mungkin anak tersebut akan
mencoba merobek/ menggunakan plastik tersebut serta mencoba mematahkan karet.
Di sinilah guru bisa membimbing ke dalam saluran yang kreatif, sehingga anak
tahu bahwa plastik bisa disobek dan karet
bisa digerakkan dengan lentur. Demikian pula jika diberi motivasi untuk
mencipta gerak berdasarkan pengamatan terhadap binatang kesayangan yang ada di
rumahnya, maka pertama kali pasti akan
bermunculan gerak-gerak lucu yang erbeda satu dengan yang lainnya. Bahkan tidak
menutup kemungkinan anak bergerak sambil bersuara aatu berteriak untuk
mengekpresikan hasil pengmatannya.
Seperti diketahui bahwa anak sekolah berada dalam
tingkat perkembangan mental fisis, emosional, dan estetis. Di dalam pengalaman
seni mereka akan bertemu dengan elemen-elemen seni tari-drama yang sama. Proses
penjelajahan terhadap gerak atau irama inilah yang sangat berarti bagi
perkembangan estetis anak.
2. Masa Anak-anak adalah Masa Umur Berkhayal
Masa umur berkhayal anak merupakan
masa-masa yang penuh dengan kesenangan anak-anak akan gerak, kenikmatan akan
bersuara, dan mengikuti irama lagu. Pada waktu menjelajahi gerak, anak akan
menemukan image (bayangan) dalam
gerakannya. Khayalan anak akan terus berkembang dalam batas pengalamannya dimana fakta dan fantasinya makin
lama makin mengendap. Perkembangan rasa dan idea untuk berkhayal ini terus
berlangsung, sampai anak amat terlibat pada fakta pengalamannya. Dalam hal ini guru dapat memusatkan
perhatian pada bagian-bagian kecil, teknik dan prosedur dalam seluruh kegiatan
estetik yang dilakukan, jangan sampai bersifat membahayakan. Image atau bayangan ini makin meningkat
menjadi lebih lengkap, namun tidak perlu lebih nyata.
Untuk mengembangkan imajinasi kreatif,
harus diingat tujuan pengalaman seni dalam pendidikan. Perkembangan imajinasi
kreatif yang bebas jauh lebih penting dari pada hanya sanggup meniru gerak
sesuatu yang bisa dikenal, meniru gerak burung, dan sebagainya. Jika anak
didorong, maka dimana-mana merupakan dunia imajinasinya. Ia juga akan bekerja
tanpa melihat kesadaran diri seperti seniman matang. Di sinilah guru harus
berhati-hati, agar anak berkembang dalam patranya sendiri, sebagai seorang yang
ekspresif dan bukan seorang perekam fakta-fakta visual. Karena hal inilah yang
justru akan terikat erat dengan fungsi pendidikan seni tari-drama secara utuh
di tingkat Sekolah
Dasar.
3. ProsesPenemuanFakta (fact finding) padaAnak-anak
Suatu saat akan demikian terlibat dengan
fakta. Ia menjadi kritis terhadap gerak atau tari yang ia ciptakan. Ia ingin
membuat gerak sesuai dengan kenyataan, serta menjadi tidak sabar karena tak
dapat menggunakan semua fakta yang telah ia temukan di dalam pengalaman
seninya. Mereka sering menjadi kecewa dan kacau karena banyak kegiatan yang
membutuhkan adanya pengetahuan faktual. Misalnya untuk membuatnya menjadi tokoh
raksasa dibutuhkan adanya informasi faktual tentang bagaimana bentuk dan
perkiraan watak raksasa. Atau ingin mengungkapkan gerak harimau tentu ada
keinginan untuk melihat harimau secra sesungguhnya bukan hanya dari gambar
saja.
Guru harus bisa membimbing anak untuk
menilai segi kualitas rasa, bukan isi faktualnya. Mereka bebas berekspresi
secara kreatif sesuai dengan batas-batas yang mereka miliki.
4. Belajar melalui Kegiatan Berekspresi dalam Seni
Kegiatan belajar akan lebih efektif jika
anak mengekspresikan idea dan rasa yang sempurna lebih dari bagian yang
terpisah-pisah. Pengalaman seni merupakan pengalaman menyeluruh yang menjadi
tak berarti jika diambil secara terpisah. Sebagai contoh, guru bisa menganalisa
gerak lemah dengan irama lembut, kemudian gerak tegang dengan irama cepat dan
keras. Akan tetapi guru akan mendapatkan watak keseluruhan apabila gerak
tersebut dipadukan.
Adapun mempelajari bagaimana anak-anak itu maju di
dalam hal ekspresinya merupakan jalan yang terbaik untuk mengenal anak.
Misalnya pada waktu anak bekerja akan tampak kepribadiannya, halangan
emosionalnya, sifat malu, ragu-ragu, sifat agresif, dan sebagainya. Sehingga
guru akan mengetahui bagaimana sebaiknya membimbing anak.
F.
Profil
Guru yang Dibutuhkan untuk Membimbing Pengalaman Seni Tari-Drama di SD
Sikap guru yang diharapkan dapat membimbing
pengalaman seni tari-drama anak tingkat Sekolah
Dasar adalah guru yang bersikap sebagai
seorang teman. Guru yang dengan sikap demikian kepada siswanya akan
mengembangkan kondisi memberi dan
menerima yang sehat dan mendorong sikap berbagi-bagi pengalaman. Jika
guru mempunyai antusiasme yang tinggi dalam proses pembelajaran, maka ia tidak
akan kekurangan inspirasi termasuk dalam menghadapi siswanya. Guru yang
kreatif, sensitif (peka), akan menemukan banyak hal dalam pengalaman
mengajarnya dan menjadikan setiap saat menarik, merangsang keinganan anak untuk
belajar, dan tidak membosankan bagi anak-anak. Jika perlu, guru harus
mengkhayalkan sesuatu yang lebih baik, lebih menarik atau lebih memuaskan. Guru
yang matang secara emosial dan intelektualnya akan dapat mengembangkan semua
kecakapannya dalam belajar berekspresi melalui berbagai cara.
Melalui
latar belakang pendidikan itu guru berusaha memahami anak, bagaimana mereka
tumbuh escara biologis, bagaimana mereka berkembang secara psikologis. Jadi ia
mengenal proses belajar secara teotritis dan melalui pengalaman. Penampilan
guru yang kreatif dapat dilihat jelas pada minatnya terhadap kualitas seni.
Guru perlu menyenangi benda-benda yang baik, berpenampilan rapi dan penuh
perhatian terhadap pengalaman seni yang dilakukan oleh orang-orang di
sekitarnya maupun oleh anak didiknya.
Kemampuan yang
dibutuhkan guru Sekolah
Dasar
untuk dapat melaksanakan kegiatan seni
Guru harus mempunyai kemampuan untuk menilai segala
sesuatu yang dilakukan murid dan mendorong mereka agar selalu antusias terhadap
kegiatan-kegiatan yang dilakukan.
Guru yang menyadari kualitas seni dan segala
sesuatu, akan membawa ke dalam kelas benda-benda yang secara visual akan
memberikan rangsangan kepada anak. Guru juga akan membawa objek bentuk, warna
dan teksturnya yang telah menyatu dengan dirinya dan yang ingin dibagikan
kepada siswanya. Guru dapat membangun suasana yang merangsang kualitas seni
melalui dorongan antusiasme kepada siswanya dan dengan cara menyediakan
rangsangan visual di dalam kelas agar kretivitas siswanya bisa berkembang.
Semangat guru tidak boleh kendor karena peralatan
dan bahan tidak terpenuhi secara menyeluruh. Bahan-bahan alam yang tersedia di
sekitar tempat belajar dapat menjadi bahan seni. Dalam kegitan seni guru
mempunyai sumber-sumber sekolah, masyarakat, buku petunjuk, dan kekayaan
bahan-bahan visual yang bisa diperoleh dalam buku, majalah terkenal, dan
benda-benda cetakan.
Guru harus berhati-hati menangani ruang yang penuh dengan anak-anak yang sedang sibuk
dengan pengalaman studionya. Tidak boleh ada kata-kata dari guru, yang nantinya
akan menjadikan siswa SD rendah diri, menjadi tidak percaya diri lagi, atau
takut melakukan suatu gerakan tari. Di belakang setiap kegiatan seni tari-drama
yang berhasil, terletak perencanaan yang dilakukan dengan hati-hati oleh guru.
Dalam hal ini yang diperlukan adalah adanya kerja sama antara guru dengan
siswa, guru yang satu dengan guru lain, guru dengan pengurus, atau bahkan orang
tua siswa.
Guru juga harus mengetahui bahwa kelas harus
disiapkan sebelumnya sehingga ruangan
dan peralatan yang bisa memenuhi kebutuhan siswa tidak harus dicari ketika
pelajaran mulai berlangsung. Akan tetapi kadang-kadang siswa juga perlu
dilibatkan dalam pemenuhan kebutuhan akan peralatan tersebut.
Keputusan, pemilihan dan pertimbangan yang matang sangat diperlukan oleh guru
dalam melaksanakan pengalaman seni. Jika tidak maka guru akan tenggelam dalam
kekaburan. Jika guru tidak merencanakan kegiatan, kemungkinan besar siswa akan
jemudalam melaksanakan suatu kegiatan seni tari-drama. Untuk itu maka guru
perlu merencanaan kesempatan untuk pengalaman seni yang kreatif.Guru perlu
mengenal kehidupan siswa yang nyata dan yang khayal, yang mendorong kemurnian
siswa serta kemampuan untuk menemukan gerakan atau nyanyian, dan menguatkannya.
Guru kelas adalah orang di sekolah yang paling
mengerti bagaimana mendorong anak agar kreatif. Guru mempunyai kesempatan untuk
mengamati anak dalam berbagai situasi dan mengenal anak secara akrab, sehingga
dapat mendorong anak untuk merespon secara menyeluruh terhadap situasi
kehidupan di sekitarnya. Guru juga mempunyai kesempatan untuk mempelajari
antusiasme anak, ketakutan, suasana hati, kesehatan berekspresi ego, dorongan,
kebutuhan, ambisi, keinginan, kemampuan bernyanyi, kemampuan bergerak, dan sebagainya.
Masalah pembimbingan
anak adalah suatu tes harian terhadap kemampuan guru. Hal tersebut merupakan
proses yang akan terus menerus terjadi, dan dengan demikian memerlukan
koordinasi dari usaha guru, orang tua, dan masyarakat untuk membimbing
anak-anak ke arah kedewasaan dengan cara yang semestinya. Membimbing anak dalam
kegiatan seni meliputi kesadaran terhadap situasi belajar yang baik, kesempatan
untuk mencipta dan menilai.
Kebutuhan untuk
memasukkan orang tua ke dalam kehidupan sekolah telah ditekankan sebelumnya,
dan dengan demikian sebaiknya dan bila mungkin guru mengadakan pembicaraan
dengan orang tua. Bimbingan terhadap anak terletak di tangan orang tua dan
guru. Membimbing potensi ekspresi anak merupakan proses terus menerus dari masa
kanak-kanak sampai dewasa. Sejak lahir hampir semua anak mengekspresikan
kesenangan dan ketidaksenanganya terhadap sesuatu. Sambil tumbuh dan berkembang
anak berusaha mengekspresikan responsinya terhadap kehidupan melalui banyak
cara.
Bermain bebas
dengan imajinasi yang kreatif adalah dasar dari segala kegiatan oleh seni. Maka
dari itu sangat perlu untuk mengenal ciri-ciri atau karakteristik anak-anak.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan uraian materi di atas, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1.
Landasan
konseptual bidang studi pendidikan kesenian yaitu dalamkurikulum
PGSD 1995,
seni merupakan media ekspresi kreatif dan aspiratif yang dapat diwujudkan
melalui garis, warna, bidang dan tekstur untuk seni rupa,gerak dan peran untuk seni tari drama, serta suara dan bunyi untuk seni musik, dalam tata susunan yang artistik dan
estetis.
2.
Seni
tari-drama sebagai media pendidikandi Sekolah
Dasar menyajikan kesempatan pada siswa SD untuk memperoleh
pengalaman-pengalaman seni, sebagai suatu kegiatan yang ada dalam lingkup
kesadaran artistik.
3.
Fungsi
seni tari-drama di Sekolah
Dasar yakni untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan anak,
membina perkembangan estetik, dan membantu memyempurnakan kehidupan.
4.
Memahami
anak Sekolah Dasar dapat diperoleh melalui perhatian yang diberikan kepada
anak serta menyesuaikan rencana pengalaman seni tari-drama dengan tahap
perkembangan yang dicapai anak.
5.
Dalam
memahami
pengalaman seni tari-drama anak,
umumnya bergantung pada umur dan minat masing-masing anak pada pengalaman seni
yang berbeda-beda. Pengalaman seni tari drama anak yang memunculkan keunikan
meliputi sikap menjelajah pada anak-anak, masa anak-anak adalah masa umur
berkhayal, proses penemuan fakta, dan belajar melalui kegiatan berekspresi
dalam seni.
6.
Profil guru yang dibutuhkan untuk membimbing
seni tari-drama di sekolah dasar adalah
guru
yang bersikap sebagai seorang teman,
guru
yang kreatif dan sensitif
(peka), sertaguru
yang matang secara emosial dan intelektualnya.
B.
Saran
Berdasarkan uraian di atas, penulis memberikan
saran atau rekomendasi untuk:
1.
Melakukan penelitian lebih lanjut
untuk menyempurnakan hasil penulisan makalah ini guna menjawab beberapa
pertanyaan atau permasalahan yang muncul ketika penulisan makalah ini
berlangsung.
2.
Dalam pembelajaran Pendidikan Seni
Tari-Drama di SD, mengenai konsep seni tari-drama, memahami anak SD, serta
profil guru merupakan hal yang penting untuk dapat dipelajari. Sebagai pembaca
khususnya bagi calon pendidik dan guru, hendaknya menjadi figur yang kreatif
dan sensitif (peka), serta guru yang matang secara emosial dan intelektualnya
sehingga pembelajaran menjadi lebih menarik.
DAFTAR PUSTAKA
Purwatiningsih
dan Ninik Harini. 2002. Pendidikan Seni
Tari-Drama SD. Malang: Universitas Negeri Malang.
Setjoatmodjo, P.
1985. Bacaan Pilihan tentang Estetika.
Jakarta: Depdikbud.
Soehardjo, A.J.
1974. Menuju ke Pendidikan Seni.
Malang: IKIP Malang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar